laporan permanganometri

Senin, 30 April 2012 0 komentar

BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
        Salah satu cara pemeriksaan kimia disebut titrimetri, yakni pemeriksaan jumlah zat yang didasarkan pada pengukuran volume larutan pereaksi yang dibutuhkan untuk pereaksi secara stokiometri dengan zat yang ditentukan dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu reaksi asam basa, reaksi pengendapan, reaksi pembentukan kompleks atau komplesometri, dan terakhir reaksi redoks.
Reaksi oksidasi reduksi dan asam basa memiliki nasib yang sama, dalam hal keduanya digunakan dalam banyak praktek kimia sebelum reaksi ini dipahami. Konsep penting secara perlahan dikembangkan: misalnya, bilangan oksidasi, oksidan (bahan pengoksidasi), reduktan (bahan pereduksi), dan gaya gerak listrik, persamaan Nernst, hukum Faraday tentang induksi elektromegnet dan elektrolisis. Perkembangan sel elektrik juga sangat penting. Penyusunan komponen reaksi oksidasi-reduksi merupakan praktek yang penting dan memuaskan secara intelektual. Sel dan elektrolisis adalah dua contoh penting, keduanya sangat erat dengan kehidupan sehari-hari dan dalam industri kimia.
Salah satu contoh reaksi oksidasi reduksi adalah metode permanganaometri. Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis.Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasan asam karena karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat . merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya

1.2        Maksud dan Tujuan
1.2.1     Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penetapan kadar senyawa dengan metode permanganometri.
1.2.2 Tujuan Percobaan
-           Menentukan kadar KBr dengan metode permanganometri
-           Menentukan kadar NaOH dengan metode permanganometri
-           Menentukan kadar Cr2(SO4)3 dengan metode permanganometri
-           Menentukan kadar Na2S dengan metode permanganometri
-           Menentukan kadar FeSO4 dengan metode permanganometri

1.3         Prinsip Percobaan
1.            Penetapan kadar senyawa KBr dengan metode permanganometri berdasarkan reaksi oksidasi reduksi antara sampel yang bersifat reduktor dengan titran sekaligus indicator larutan baku KMnO4, yang oksidator dalam suasana asam dengan titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan tidak berwarna menjadi larutan merah muda yang stabil.
2.            Penetapan kadar senyawa NaNO2 dengan metode permanganometri dengan menggunakan prinsip titrasi balik berdasarkan reaksi oksidasi reduksi antara sampel yang bersifat reduktor dengan titran sekaligus indicator larutan baku KMnO4, yang oksidator dalam suasana asam dengan titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan tidak berwarna menjadi larutan merah muda yang stabil.
3.            Penetapan kadar senyawa Cr2(SO4)3 dengan metode permanganometri berdasarkan reaksi oksidasi reduksi antara sampel yang bersifat reduktor dengan titran sekaligus indicator larutan baku KMnO4, yang oksidator dalam suasana asam dengan titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan tidak berwarna menjadi ungu.
4.            Penetapan kadar senyawa Na2S dengan metode permanganometri berdasarkan reaksi oksidasi reduksi antara sampel yang bersifat reduktor dengan titran sekaligus indicator larutan baku KMnO4, yang oksidator dalam suasana asam dengan titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan tidak berwarna menjadi larutan merah muda yang stabil.
5.            Penetapan kadar senyawa FeSO4 dengan metode permanganometri berdasarkan reaksi oksidasi reduksi antara sampel yang bersifat reduktor dengan titran sekaligus indicator larutan baku KMnO4, yang oksidator dalam suasana asam dengan titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan tidak berwarna menjadi larutan merah muda yang stabil.








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka
Metode Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu.
Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun.Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti: (1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan. (2) ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.


 Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis.
MnO4- + 8H+ + 5e → Mn 2+ + 4H2O
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasan asam karena karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat. Reaksi dalam suasana netral yaitu
MnO4 + 4H+ + 3e → MnO4 +2H2O
Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan. Reaksi dalam suasana alkalis :
MnO4- + 3e → MnO42-
MnO42- + 2H2 O + 2e → MnO2 + 4OH-
MnO4- + 2H2 O + 3e → MnO2 +4OH-

Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan mendiamkannya diatas penangas uap selama satu /dua jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser.
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksida Mn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan
3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O → 5MnO2 + 4H+
Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 .
Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat. Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan permanganate. Jejak-jejak dari MnO2 yang semula ada dalam permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter untuk menghilangkan MnO2. Larutan tersebut kemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan.
Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting dalam titrasi-titrasi permanganat. Asam terbaik untuk melarutkan biji besi adalah asam klorida dan timah (II) klorida sering ditambahkan untuk membantu proses kelarutan.
Sebelum dititrasi dengan permanganat setiap besi (III) harus di reduksi menjadi besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan reduktor jones atau dengan timah (II) klorida. Reduktor jones lebih disarankan jika asam yang tersedia adalah sulfat mengingat tidak ada ion klorida yang masuk .
Jika larutannya mengandung asam klorida seperti yang sering terjadi reduksi dengan timah (II) klorida akan lebih memudahkan. Klorida ditambahkan kedalam larutan panas dari sampelnya dan perkembangan reduksi diikuti dengan memperhatikan hilangnya warna kuning dari ion besi.

II.2 Uraian Bahan
1.    Kalium Bromida (FI III: 328-329)
Nama resmi                  : Kalii bromidum
Nama lain                      : Kalium bromide
RM/BM                           : KBr/119,01
                                                Kandungan                   : Tidak kurang dari 98,5% dihitung terhadap 
Zat dikeringkan
Pemerian                       : Hablur tdak berwarna, transparan,atau buram/
                                           serbuk halus tidak berbau.
Kelarutan                       : Larut dalam lebih kurang 1,6 bagian air dan
                                          dalam lebih kurang 200 bagian etanol (90%)
Kegunaan                     : sebagai sampel
Khasiat                           : sedativum
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik.
2.    Natrium Nitrit ( FI III:714)
Nama resmi                  : Natrii nitrit
Nama lain                      : Natrium nitrit
RM/BM                           : NaNO2/69,00
Kandungan                   : Tidak kurang dar 95,0% NaNO2
                        Pemerian                       : Hablur atau granul, tida berwarna atau putih,
                                                                   Atau kekuningan merapuh.
Kelarutan                       : Larut dalam 1,5 bagian air, agak sukar larut
                                           dalam etanol (95%)p
Kegunaan                     : Sebagai sampel
Khasiat                           : -
Penyimpanan               :Dalam wadah tertutup baik
3.    Natrium Sulfida (FI III: 716)
Nama resmi                  : Natrii sulfid
Nama lain                      : Natrium sulfide
RM/BM                           : Na2S.9 H2O/ 240,18
Kandungan                   : Tidak kurang dari 95,0% NaNO2
Pemerian                       : Hablur tidak berwarna, lembab
                        Kelarutan                       : Mudah larut dalam air, memberikan larutan
                                                                   jernih
                                           Tidak berwarna
Kegunaan                     : sebagai sampel
Khasiat                           :            -
4.    Besi (II) sulfat (FI III:254-255)
Nama resmi                  : Ferrosi sulfas
Nama lain                      : Besi (II) sulfat
RM/BM                           : FeSO4/151,90
Kandungan                   : Mengandung tidak kurang dari 80% dan tidak
                                           Lebih dari 90% FeSO4.
Pemerian                       : Serbuk, putih, keabuan rasa logam, sepat
                        Kelarutan                       : perlahan-lahan larut sampai sempurna dalam
                                                                   air bebas CO2 p
Khasiat                           : Anemia defesiensi besi
Kegunaan                     : Sebagai sampel
Penyimpanan               : dalam wadah tertutup baik
5.    Kalium Permanganat (FI III: 140)
Nama resmi                  : Kalii permanganas
Nama lain                      : Kalium permanganate
RM/BM                           : KMnO4/158,03
Pemerian                       : Hablur mengkilap, ungu tua atau hampir hitam,                     tidak berbau, sepat.
                        Kelarutan                       : Larut dalam 16 bagan air, mudah larut dalam
                                                                   air mendidih
Kegunaan                     : Sebagai titran
6.    Aquadest (FI III: 96)
Nama resmi                  : Aqua destilata
Nama lain                      : Aquadest
RM/BM                           : H2O/18,02
Pemerian                       : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
                                           tidak berasa
Kelarutan                       :            Larut dalam etanol dan gliserol
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                     : Sebagai pelarut
7.    Asam Sulfat (FI III:52)
Nama resmi                  ; Acidum sulfuricum
Nama lain                      : Asam sulfat
RM/BM                           : H2SO4/98,07
Pemerian                       : cairan jernih, seperti minyak, tidak berwarna,
                                           bau angat tajam
Kelarutan                       : Bercampur dengan air dan dengan etanol
                                           menimbulkan panas
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup rapat

II.3 Prosedur Kerja
1.    NaNO2
·         The Quantitative Analysis of Drugs:456
Timbang 50 g larutan dengan air sampai 100 ml. panaskan-campurkan dengan 50 ml KMnO4 0,1 N, tambah 5 ml H2SO4 dan tambah 100 ml air, kemudian dititrasi dengan larutan nitrit sampai warna KMnO4 hilang.
1 ml KMnO4 0,1 N setara dengan 0,003450 g NaNO2
·         Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif: 149
Larutkan kira-kira 1 g NaNO2 yang ditimbang ke dalam air hingga diperoleh 100 ml, pipet 10 ml dan 5 ml H2SO4. Hangatkan larutan sampai kira-kira 400 biarkan 5 menit dan tambahkan 25,0 ml asam oksalat. Panaskan campuran sampai 800 dan titrasi dengan KMnO4 0,1 N.
1 ml KMnO4 0,1 N setara dengan 3,450 mg NaNO2
2. FeSO4
·         TLK UNHAS 2007
Timbang 500 ml FeSO4.7H2O masukkan kedalam Erlenmeyer lalu tambahkan 25 ml H2SO4 l dan 25 ml air. Titrasi dengan KMnO4 0,1 N titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna menjadi tdak berwarn menjadi merah muda.

·         Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif
Larutkan kira-kira 1 g Fe (II) sulfat yang ditimbang seksama dalam 25 ml H2SO4 (l) dan 25 ml air. Titrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N sampai timbul warna merah muda yang tetap.
Tiap ml KMnO4 0,1 N setara dengan 15,19 MgFeSO4 atau 27,80 mg FeSO4.7H2O.
·         FI III: 140
Larutkan kira-kira 1 g besi (II) sulfat yang ditimbang seksama dalam 25 ml asam sulfat encer dan 25 ml air. Titrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N sampai timbul warna merah muda yang tetap.
1ml KMnO4 0,1 N setara dengan 18,19 mgc FeSO4
3. Na2S
·         FI III: 716
Timbang seksama 500 mg larutkan dalam 300 ml air bebas CO2 (p) dalam labu bersumbat kaca. Tambahkan sambil terus dikocok, 50 ml iodium 0,1 N, kemudian 2 ml HCl (p). titrasi dengan natrium tiosufat 0,1 N menggunakan indicator larutan kanji p.
1 ml iodium 0,1 N setara dengan 12,01 mg Na2S.9H2O



















BAB III
METODE KERJA

III.1      Alat dan Bahan
III.1.1     Alat
                     Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah statis+klem, labu tentukur, buret, labu Erlenmeyer, pipet tetes, gelas ukur, neraca analitik, gelas arloji, botol semprot.

III.1.2  Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dala percobaan ini adalah aquadest, Na2S, NaNO2, Cr2(SO4)3, KBr, dan FeSO4.7 H2O, KMnO4.

III. 2    Cara Kerja
1.    Cr2(SO4)3
a. Ditimbang 25 mg sampel Cr2(SO4)3
b. Ditambahkan 10 ml air pada sampel yang ada di Erlenmeyer
c. Ditambahkan 2 ml Na. asetat, kemudian didihkan
d. Ditambahkan 50 mg Ba (NO3)2
e. Dititrasi dengan KMnO4 hingga warna menjadi ungu
f.   Dicatat volume titrasinya.
2.  KBr
a.  Ditimbang 200 mg sampel KBr
b.  Ditambahkan 100 ml air pada sampel yang ada di Erlenmeyer
c.   Ditambahkan 10 ml H2SO4 p
d.  Ditambahkan batu didih, kemudian didihkan.
e.  Dititrasi dengan KMnO4 hingga warna menjadi pink
f.    Dicatat volume titrasinya.
3.  NaNO2 (349/100 ml)
a.  Ditambahkan 10 ml KMnO4 pada sampel NaNO2
b.  Ditambahkan 8 ml H2SO4 4 N
c.   Ditambahkan 100 ml air
d.  Dipanaskan hingga 400
e.  Dititrasi dengan KMnO4 hingga tidak berwarna
f.    Dicatat volume titrasinya
4.    Na2S (411 mg/100 ml)
a.  Ditambahkan 20 ml KMnO4 0,1 N pada sampel
b.  Ditambahkan 5 ml NaOH 4 N
c.   Ditambahkan 10 ml sampel
d.  Ditambahkan 10 ml H2SO4 p
e.  Ditunggu selama 5 menit
f.    Ditambahkan dengan 1,59 KI
g.  Dititrasi hingga warna kuning muda
h.  Ditambahkan kanji 1 ml
i.    Dititrasi hingga larutan  tidak berwarna
j.    Dicatat volume titrasinya
5.    FeSO4.7H2O
a.  Ditimbang sampel FeSO4.7H2O sebanyak 100 mg
b.  Ditambahkan 2,5 ml H2SO4 6N
c.   Ditambahkan 5 ml air
d.  Dititrasi dengan KMnO4 hingga warna menjadi pink
e.  Dicatat volume titrasinya















BAB IV
DATA

IV. 1    Data
Kelompok
Sampel
Berat sampel
(mg)
Volume titrasi
(ml)
I
Cr2(SO4)3
24
3
II
KBr
198
20
III
Na2S
411
3,4
IV
NaNO2
247,5
9,3
V
FeSO4.7 H2O
102
6,3

IV. 2    Reaksi
MnO4- + 8H+ + 5 e-                                        Mn2+ +4 H2O              X 2
              C2O4-                                                                    2CO2 + 2e-                        X 5
 

5C2O42- +2 MnO4- +16 H+                            2Mn2+ + 8 H2O+ 10 CO2
KMnO4 dalam suasana asam
MnO4- + 8H+ + 5e → Mn 2+ + 4H2O
Permanganat dalam suasana asam lemah/netral
MnO4 + 4H+ + 3e → MnO4 +2H2O
Dalam Suasana Basa ion permanganate
MnO4- + 3e → MnO42-
MnO42- + 2H2 O + 2e → MnO2 + 4OH-
MnO4- + 2H2 O + 3e → MnO2 +4OH-

IV.3     Perhitungan
1.     Na2S
Cara I
%K =
                           =
                                                     = 10,630%
Cara II
%K =
                           =
                                                     = 10,630%
Cara III
%K =
                                         =
                                                     = 10,630%
2.     KBr
Cara I
%K =
                           =
                                                    = 171,903%
Cara II
%K =
                           =
                                                    =171,903%


Cara III
%K =
                                         =
                                                    =171,903%
3.     NaNO2
Cara I
%K =
                                          =
                                                    = 18,5380%
Cara II
%K =
                                          =
                                                    = 18,5380%
Cara III
%K =
                                         ==
                                                    =18,5380%
4.     FeSO4
Cara I
%K =
                                         =
                                                    = 160,660%
Cara II
%K =
                                         =
                                                    = 160,660%

Cara III
%K =
                                         =
                                                    = 160,660%












BAB IV
PEMBAHASAN

Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi redoks oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti: (1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan. (2) ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.
Pada sampel Na2S ditambahkan 20 ml KMnO4 0,1 N, kemudian  ditambahkan 5 ml NaOH 4 N, kemudian ditambahkan 10 ml H2SO4 p untuk memberi suasana asam.Ditunggu selama 5 menit, ditambahkan dengan 1,59 KI, dititrasi hingga warna kuning muda, ditambahkan kanji 1 ml, dan terakhir dititrasi hingga larutan  tidak berwarna. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa kadar Na2S adalah 10,630%, hal ini tidak sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa kadar Na2Stidak kurang dari 95%.
                 Pada sampel NaNO2 Ditambahkan 10 ml KMnO4 pada sampel NaNO2 ditambahkan 8 ml H2SO4 4 N, kemudian ditambahkan 100 ml air setelah itu dipanaskan hingga 400, dan terakhir dititrasi dengan KMnO4 hingga tidak berwarna. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa kadar NaNO2 adalah sebesar 18,5380% hal ini tidak sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa kadar NaNO2 tidak kurang dari 95%.
                 Pada sampel KBr, ditimbang 200 mg sampel KBr, kemudian ditambahkan 100 ml air pada sampel yang ada di erlenmeyer setelah itu ditambahkan 10 ml H2SO4 p, kemudian ditambahkan batu didih, dan didihkan, terakhir adalah dititrasi dengan KMnO4 hingga warna menjadi pink. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa kadar KBr adalah sebesar 171,903% hal ini tidak sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa kadar kBR tidak kurang dari 98,5%.
                 Pada sampel FeSO4, ditimbang sampel FeSO4.7H2O sebanyak 100 mg, kemudian ditambahkan 2,5 ml H2SO4 6N, setelah itu ditambahkan 5 ml air, dam dititrasi dengan KMnO4 hingga warna menjadi pink. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa kadar FeSO4 adalah sebesar 160,660% hal ini tidak sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa kadar FeSO4 tidak kurang dari 80,0% dan tidak lebih dari 90,0%.
                 Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasana asam karena karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat .
                 Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan mendiamkannya diatas penangas uap selama satu /dua jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser.
                 Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksida Mn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan
3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O → 5MnO2 + 4H+
                 Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 .Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat. Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan permanganate. Jejak-jejak dari MnO2 yang semula ada dalam permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter untuk menghilangkan MnO2. Larutan tersebut kemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan.
                 Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting dalam titrasi-titrasi permanganat. Asam terbaik untuk melarutkan biji besi adalah asam klorida dan timah (II) klorida sering ditambahkan untuk membantu proses kelarutan.
                 Sebelum dititrasi dengan permanganat setiap besi (III) harus di reduksi menjadi besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan reduktor jones atau dengan timah (II) klorida. Reduktor jones lebih disarankan jika asam yang tersedia adalah sulfat mengingat tidak ada ion klorida yang masuk, jika larutannya mengandung asam klorida seperti yang sering terjadi reduksi dengan timah (II) klorida akan lebih memudahkan. Klorida ditambahkan kedalam larutan panas dari sampelnya dan perkembangan reduksi diikuti dengan memperhatikan hilangnya warna kuning dari ion besi. 




















BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
1.    Dari hasil percobaan diperoleh bahwa kadar KBr adalah sebesar 171,903% hal ini tidak sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa kadar KBr tidak kurang dari 98,5%.
2.    Dari hasil percobaan diperoleh bahwa kadar FeSO4 adalah sebesar 160,660% hal ini tidak sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa kadar FeSO4 tidak kurang dari 80,0% dan tidak lebih dari 90,0%.
3.    Dari hasil percobaan diperoleh bahwa kadar NaNO2 adalah sebesar 18,5380% hal ini tidak sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa kadar NaNO2 tidak kurang dari 95%.
4.    Dari hasil percobaan diperoleh bahwa kadar Na2S adalah 10,630%, hal ini tidak sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa kadar Na2S tidak kurang dari 95%.

V. 2 Saran
                 Diharapkan kepada asisten untuk menciptkan suasana yang nyaman agar praktikan dapat merasa nyaman selama praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

1. Susanti dan Yenny Wunas. 1992. Analisa Kimia Farmasi Kwantitatif. Makassar: LEMBAGA PENERBIT UNHAS
2. TIM Asisten.2007. Teknologi Laboratorium Kesehatan. Makassar: UNHAS
3. Dirjen POM.1979. Farmakope Indonesia Edisi III.Jakarta : DEPKES RI
4. Dirjen POM.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : DEPKES RI
5. WWW. WIKIPIDEA.COM/ pemanganometri






















0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 oLin Nurcahyani | TNB